Pages

Jumat, 22 September 2017

Penyerahan Bantuan Biaya Sekolah Untuk Dwi Novita Sari

IMG_4506[1]

Photographed by Riche Mai Andriani. Penyerahan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi Novita Sari 15 September 2017

Mungkin beberapa kawan sekalian masih belum tahu, siapakah Dwi Novita Sari. Tentang siapakah Dwi Novita Sari, bisa dibaca disini  http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/07/bersemangatlah-untuk-terus-bersekolah.html  Sejak tahun ajaran baru ini, Dwi adalah anak penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp.

Setiap bulannya, yaitu setiap tanggal 14, rekan kerja kami yang berada di Lampung Timur - Indonesia, yaitu Riche Mai Andriani, baca kisah Riche disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/06/semangat-tiada-henti-untuk-terus.html akan menyalurkan bantuan biaya sekolah untuk Dwi secara langsung. Yaitu mendatangi rumah orangtua Dwi. Penyerahannya disaksikan langsung oleh orangtua Dwi.

IMG_3658[1]

Dwi dan Ibunya, Chasri, Photographed by Riche Mai Andriani. Penyerahan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi Novita Sari tanggal 14 Agustus 2017

Tiap bulannya Dwi Novita Sari menerima bantuan biaya sekolah sebesar Rp. 125.000; dari Tunas Bangsa Camp. Ya, untuk anak-anak yang duduk dibangku sekolah dasar (SD), kami dari Tunas Bangsa Camp menetapkan sebesar  Rp. 125000; tiap bulannya. Dana bantuan ini langsung semuanya diberikan, karena Riche, rekan kerja kami percaya bahwa orangtua Dwi akan menggunakan dengan baik uang bantuan  biaya sekolah ini untuk keperluan Dwi sekolah, mungkin membeli peralatan tulis, sepatu, tas, atau yang lainnya.

Mudah-mudahan, bantuan biaya sekolah ini bisa meringankan sedikit beban orangtua Dwi dalam memenuhi kebutuhan sekolah Dwi, karena biaya sekolah amatlah mahal/ besar. Harapan kami dari Tunas Bangsa Camp, kami ingin anak-anak didesa seperti Dwi terus bersekolah, jangan sampai putus sekolah karena tidak mampu membiayai kebutuhan sekolah.  Kami ingin Dwi terus belajar menimba ilmu dibangku sekolah. Meskipun berasal dari desa tapi harus bersemangat sekolah dan menggapai impian dimasa depan.

IMG_2672[1]

Dwi Novita Sari menerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp pada tanggal 17 Juli 2017. Photographed by Riche Mai Andriani

Terimakasih kami ucapkan pada rekan kerja kami yang berada di Lampung Timur – Indonesia,  Riche Mai Andriani, yang telah membantu untuk menyalurkan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi. Semoga limpahan berkah akan selalu menyertai Riche dan keluarga.

Salam hormat saya Co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Riche Mai Andriani
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions

Selasa, 04 Juli 2017

Terus Bersekolahlah, Gapai Impianmu!

Meskipun kita bersal dari keluarga kurang mampu (miskin), berasal dari desa, namun janganlah patah semangat untuk terus bersekolah. Apapun yang terjadi, sekolahlah! Karena sekolah adalah pintu gerbang menuju masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Penulis percaya, bahwa impian itu bisa dicapai, asal kita mau terus belajar, berusaha keras, dan jangan pernah berhenti/ menyerah.

Ditahun ajaran baru 2017 ini, kami dari Tunas Bangsa Camp sangat bersyukur, karena kami mulai bisa membantu satu anak dari Lampung-Indonesia untuk dibantu biaya sekolahnya. Anak ini adalah salah satu anak yang pintar disekolah, menurut rekan kerja kami, Riche Mai Andriani. Baca kisah guru teladan Riche Mai Andriani dari Lampung Timur-Lampung, Indonesia disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/06/semangat-tiada-henti-untuk-terus.html Dimana dulunya, anak ini adalah salah satu murid di TK (Taman Kanak-kanak) rintisan Riche, kawan penulis.

 

Dwi Novita Sari, Photographed by Riche Mai Andriani

IMG_2407[1]

Dwi Novita Sari bersama keluarga, Photographed by Riche Mai Andriani

Anak desa yang pintar ini bernama : Dwi Novita Sari. Kelahiran Ngestikarya, 27 November 2006. Saat ini ia bersekolah di SD Negeri 1 Ngestikarya, Lampung Timur, Provinsi Lampung-Indonesia. Dan sudah duduk dikelas 5 SD (Sekolah Dasar). Ayahnya bernama Mujiono, sedangkan ibunya bernama Chasri. Pekerjaan Orangtuanya adalah bertani. Dengan penghasilan orangtua perbulan Rp. 200.000;. Penulis tahu, sekolah negeri di Indonesia sekarang sudah gratis, bukan? Tapi sekolah membutuhkan kebutuhan lainnya, seperti buku tulis, tas, sepatu, uang saku sekolah, dan lain-lainnya, yang sudah barang tentu membutuhkan biaya (uang). Dengan penghasilan perbulan Rp. 200.000; untuk makan sehari-hari sudah kurang, tentu untuk biaya kebutuhan sekolah menjadi sangat berat.

Mudah-mudahan dengan adanya bantuan biaya sekolah untuk Dwi,  Dwi bisa lebih rajin lagi sekolahnya, dan terus semangat mengejar cita-cita dan impiannya. Jangan pernah patah semangat, apapun yang terjadi, bersekolahlah!

Sedikit catatan tambahan:

1. Ditahun 2017 ini, penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp bernama Carolin Putri Anggun Pratiwi, Baca kisah Caroline disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2016/01/satu-langkah-kecil-untuk-masa-depan.html telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya. Ya, tahun 2017 ini Carolin sudah memasuki bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Untuk kelanjutan bantuan biaya sekolahnya kami belum memutuskan, apakah dilanjutkan, atau ditransfer ke adik Carolin yang saat ini duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Bukan karena kami tidak mau melanjutkan bantuan biaya sekolah, namun karena Carolin berpindah tempat tinggal.

2. Informasi yang kedua, adalah penerima bantuan biaya sekolah dari kami, yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat-Indonesia, Ayuni dan Rizky, baca tentang Ayuni dan Rizky disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2015/11/mari-bergandengan-tangan-selamatkan.html telah terputus bantuan biaya sekolahnya dari kami sejak April 2016. Hal ini dikarenakan  beberapa hal yang tidak bisa kami sebutkan diranah publik.

3. Informasi yang ke-3, Bahwa Iwan Kurniawan salah satu rekan kerja kami di Cirebon-Jawa Barat, Indonesia, sudah meninggal dunia. Baca kisah tentang Iwan Kurniawan salah satu guru teladan dari Cirebon-Jawa Barat, Indonesia, disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2015/11/tunas-tunas-bangsa-dari-ujung-desa.html 

Demikian informasi tambahan dari kami. Kami tahu, bahwa apa yang kami lakukan hanyalah hal kecil semata, yang mungkin dipandang orang sebelah mata. Tapi kami Tunas Bangsa Camp berprinsip, walaupun hanya sebuah langkah kecil, namun mudah-mudahan bisa memberikan setitik harapan untuk mereka (anak-anak penerima bantuan dari kami) agar mereka bersemangat untuk melangkahkan kaki kesekolah, rajin, dan giat belajar.

Mari bergandengan tangan untuk menyelamatkan pendidikan mereka, mereka anak-anak yang kurang beruntung diluar sana. Salam hormat saya co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti.

Note :

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy – Penulis Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions – Dilarang meng-copy paste artikel ini tanpa seijin penulis
  • Photographed by Riche Mai Andriani - Gambar, poto dalam article ini adalah dokumentasi sendiri milik Riche Mai Andriani
  • Do not reuse these photographs without permissions – Dilarang untuk menggunakan gambar/ poto dalam artikel ini tanpa ijin

Rabu, 28 Juni 2017

Semangat Tiada Henti Untuk Terus Berkarya

IMG_2294[1]

Riche Mai Andriani, Perintis Sekolah Pra-sekolah, Taman Kanak-kanak didaerah tempat tinggalnya, poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

“Talkless do more”, saya sangat suka dengan kata kata ini. Yang punya maksud kurang lebih, “jangan banyak omong tapi beraksilah secara nyata”. Dalam kehidupan ini banyak orang yang pandai berbicara,  tapi ada berapa orang kah yang mampu beraksi secara nyata untuk lingkungan sekitarnya? Ada berapa banyak orang kah yang peduli dan sensitif tentang perkara-perkara/ masalah yang ada dilingkungan sekitar? Jawabnya adalah hanya segelintir orang saja.

Bernama Riche Mai Andriani, ia adalah salah satu kawan penulis sewaktu di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas). Kawan ini termasuk salah satu anak yang rajin, dan selalu datang kesekolah lebih awal. Dalam perjalanan waktu, ada banyak cerita yang dimiliki kawan saya ini. Cerita-cerita perjalanan hidupnya sungguh inspiratif. Semangatnya yang terus hidup untuk terus berkarya, bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar dan tentu saja bisa menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya.

IMG_2296[1]

Riche bersama sang suami, Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Setelah lulus dari bangku SMA (Sekolah Menengah Atas), Riche, kawan saya ini tidak bisa melanjutkan kebangku universitas karena ketiadaan biaya. Sedih, sakit, tentu saja itu dirasakannya. Namun ia tak patah semangat, karena tidak mampu melanjutkan kebangku universitas, maka diambilnya kursus guru TK (Taman Kanak-kanak) disalah satu kota di Provinsi Lampung-Indonesia. Dengan skill (kemampuan) yang ia dapat, setelah lulus kursus, Riche bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu Taman Kanak-Kanak  didaerahnya. sampai disini saja kah kisahnya, lulus SMA, ambil kursus, lulus kursus kemudian bekerja, dan terus berkeluarga (menikah)? Tentu saja tidak kawan!

Riche, kawan saya ini bercerita pada penulis, ia sudah 11 tahun merintis sekolah TK (Taman Kanak-Kanak). Wow, luar biasa, speechless (tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata/ kehabisan kata-kata). Bukan waktu yang singkat dan mudah untuk merintis sesuatu, bukan? Merintis sebuah sekolah, tentu bukan perkara mudah. Tentu ada banyak perjuangan dilakukan, dan butuh ketetapan hati serta kekuatan hati untuk melakukannya. Semua itu ia jalani, dan sekarang sudah 11 tahun berjalan. Luar biasa, bukan? Lantas apa yang mendasarinya untuk melakukan semua itu?

IMG_2297[1]

Riche bersama putri tercinta, Regina. Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Hal pertama yang diungkapkan Riche, ketika penulis tanya apa yang motivasi dan mendorongnya, dan kenapa merintis sekolah TK (Taman Kanak-kanak) adalah, karena dilingkungan tempat tinggalnya belum ada sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Menarik, bukan? Sebegitu sensitifnya/ peduli dengan lingkungan sekitar, dan mengerti tentang permasalahan dilingkungan tempat tinggalnya. Penulis yakin, tidak banyak orang yang seperti ini, mengerti tentang keadaan sekitar dan tahu apa yang harus dilakukan untuk membangun lingkungannya agar masyarakatnya menjadi maju.

Alasan kedua yang ia ungkapkan ialah, karena merasa memiliki ilmu dalam dunia pendidikan sekolah Taman Kanak-kanak, makanya Riche ingin merintis sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Alasan ini juga menarik untuk penulis. Kenapa? Banyak sekali orang-orang diluar sana menempuh pendidikan, sekolah, dapat ijazah, dan bekerja. Benar memang, sekolah tinggi, lulus kemudian bekerja. Tapi tujuannya titik hanya sampai disitu? Sekolah untuk dapat ijazah agar bisa mendapat pekerjaan layak dan hidup layak? Dalam segi kacamata penulis, kita bersekolah bukan hanya untuk mendapat gelar semata, tapi ada peran yang harus kita jalankan untuk melakukan sesuatu hal bermanfaat, minimal untuk lingkungan sekitar. Peran apakah itu? Apa sih yang bisa kita berikan, atau apa sih sumbangsih kita, apa yang bisa kita lakukan untuk sedikit meringkankan permasalahan yang ada dalam masyarakat dan untuk lingkungan sekitar kita. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, contohnya, merintis perpustakaan, bisa, merintis sekolah, bisa, memberikan les gratis untuk anak-anak, juga bisa, merintis komunitas berkebun dengan mengajak keluarga dan orang sekitar bercocok tanam dirumah, bisa juga. Pada intinya ada banyak sekali hal positif dan bermanfaat, yang bisa kita tularkan untuk lingkungan sekitar, atau lingkungan dimana kita berada.

IMG_2300[1]

Riche bersama putra tercinta, M. Raga Lanika. Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Yang ketiga, Riche berkata dalam tanya-jawab singkat, bahwa ia ingin anak-anak pra-sekolah mendapatkan pendidikan selayaknya sebelum mereka memasuki bangku sekolah dasar. Tujuan yang sangat mulia, bukan? Disaat banyak orang hanya memikirkan diri sendiri, seorang Riche Mai Andriani memikirkan nasib anak-anak dilingkungan sekitarnya yang belum mendapatkan pendidikan pra-sekolah,karena belum adanya sekolah Taman Kanak-kanak. Dimana anak-anak ini nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Dan saat itu murid tahun pertama Riche berjumlah 17 orang, dengan tarif SPP (biaya sekolah) hanya Rp. 7000;.

Gerak langkah kawan saya ini tidak sampai disitu saja, dalam usahanya merintis sekolah Taman Kanak-kanak, Riche berusaha mengejar pendidikannya. Ditahun 2006, ia mengambil sekolah D2 (Diploma). Setelah lulus, selang beberapa tahun kemudian, Riche melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi. Dan ditahun 2013 ia telah menyelesaikan pendidikan S1 (strata 1). Luar biasa, sangat inspiratif dan bisa menginspirasi siapa saja yang mendengar maupun membaca kisah ini.

Kemudian, penulis-pun bertanya-tanya, apa sih yang mendorong atau memotivasi seorang Riche untuk terus melanjutkan pendidikannya, meskipun ia telah berkeluarga? Ia memeliki beberapa alasan kuat untuk hal ini. Hal utama yang ingin ia raih adalah agar mendapatkan ilmu, tentu saja dengan bersekolah dan bersekolah lagi, ilmu yang kita miliki akan semakin bertambah, dan bertambah, bukan?! Kedua ialah, bahwa saat ini untuk menjadi guru sekolah Taman Kanak-kanak, harus seorang sarjana (Strata 1). Saya pikir hal ini wajar, karena jaman semakin berkembang dan semakin maju, maka seorang guru haruslah seorang yang memiliki tingkat pendidikan minimal Strata 1. Alasan terakhir, Riche mengungkapkan, ia berharap agar kedepan bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah. Mudah-mudahan, penulis doakan semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan guru-guru teladan seperti Riche ini.

Dari semua hal yang telah dilakukan Riche, ternyata ia masih menyimpan satu keinginan lainnya. Dan hal itu membuat penulis kagum, sekaligus bangga padanya. Hal lain yang ingin ia lakukan adalah ia ingin memiliki toko, ingin membuka toko untuk menambah pemasukan keluarga. Yang intinya ia ingin mempersiapkan anak-anaknya sebaik mungkin dibidang pendidikan dengan menyekolahkannya disekolah yang bagus, serta menabung untuk masa tua. Sebuah rencana masa depan yang cemerlang, dan patut dicontoh bagi para orangtua-orangtua muda/ baru, agar sudah mempersiapkan tabungan pendidikan untuk anak-anak kelak agar  mereka bisa sekolah disekolah yang bagus. Karena memang semakin tinggi tingkat pendidikan maka biaya akan semakin tinggi pula, apalagi bila ingin memasukkan kesekolah terbaik, tentu biayanya tidaklah murah. Tabungan hari tua yang disinggung Riche juga tidaklah kalah penting. Yang tentu saja tujuan menabung untuk hari tua adalah agar tidak membebani anak-cucu dikemudian hari. Tabungan hari tua bisa dibidang apa saja, sesuai dengan apa yang kita minati dan kita kuasai/ mengerti. Ayoo, bagi kawan sekalian yang belum mikirkan tabungan untuk hari tua, mulai sekaranglah menabung untuk hari tua. Jadi selain mempersiapkan biaya pendidikan anak, kita juga harus mempersiapkan tabungan kita sendiri untuk hari tua. Orang Jepang bilang, “Ganbatte!”.

Itulah cerita dari salah satu kawan penulis yang sangat inspiratif dan patut diteladani. Kita bisa mencontoh semangatnya untuk terus berkarya dalam hidup ini. Ada pribahasa berkata, “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Mari terus belajar, dan belajar, jangan pernah berhenti berkarya dalam hidup, dan memberikan manfaat baik/ positif untuk lingkungan sekitar (minimal), agar kelak kita dikenang karena sebuah hasil karya. Indah bukan..?

Terakhir, penulis ucapkan selamat bergabung dengan Tunas Bngsa Camp untuk Riche Mai Andriani. Mari bersama-sama bergandengan tangan menyelamatkan pendidikan mereka, anak-anak yang kurang beruntung diluar sana. Terima kasih, Co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy – Penulis Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions – Tidak diperkenankan/ tidak diijinkan untuk meng-copy paste tulisan ini tanpa seijin penulis
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions – Poto-poto dalam artikel ini adalah koleksi pribadi Riche Mai Andriani, dilarang menggunakan poto-poto dalam artikel ini tanpa ijin penulis dan pemilik poto/ gambar

Jumat, 11 Maret 2016

Perjalanan Panjang Tunas Bangsa Camp

Apa itu Tunas Bangsa Camp? Tunas Bangsa Camp adalah sebuah keinginan/ harapan dari beberapa orang untuk bisa membangun anak-anak pedesaan, dengan cara mengajak mereka membaca, dan memberikan bantuan sekolah. Untuk menyebutkan bahwa ini adalah sebuah foundation, aahh rasanya belum pantas bila kata “Foundation” itu disematkan untuk Tunas Bangsa Camp. Apa yang kami lakukan hanyalah sebentuk aksi kecil, memberikan sumbangsih kami demi kemajuan anak-anak desa.

Seperti yang telah saya katakan diatas, bahwa Tunas Bangsa Camp adalah sebuah keinginan/ harapan. Pada awal mulanya, kurang lebih tiga tahun lalu saya terhubung kembali dengan seorang kawan semasa menempuh pendidikan SMA (Sekolah Menengah Tingakat Atas), Nyariati Handayani. Cerita-ceritapun bergulir, dari situ saya tahu bahwa kawan saya itu adalah seorang pendidik, yaitu guru. Dari situ, kami berisiatif untuk mencoba/ merintis sebuah perpustakaan dengan tujuan agar anak-anak didesa bisa menjamah buku-buku. Maka sejak itulah Tunas Bangsa Camp berdiri, dengan awal mula bernama Taman Baca Tunas Bangsa Dayamurni. Baca disini http://www.kompasiana.com/acikmdy/berikan-satu-buku-saja-agar-mereka-melihat-dunia_55293d1af17e61aa518b458c

Jika dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan pada umumnya, maka perpustakaan yang kami rintis ini jauh dari standard sebuah perpustakaan. Buku-buku yang kami punya sangat minim, fasilitas yang ada juga seadanya. Sedikit demi sedikit kami mengumpulkan buku-buku yang dibeli dengan merogoh kantong kami sendiri. Dan tak segan kami juga meminta bantuan buku-buku pada kawan-kawan kami (meski sampai sekarang kawan-kawan itu belum ada yang memberi sumbangan buku). Tak patah semangat, ditahun 2013 itu kami mencoba meminta bantuan buku pada NLB (National Library Board Singapore). Puji syukur, NLB memberikan 100 buku untuk kami. Baca disini kisahnya http://www.kompasiana.com/acikmdy/national-library-board-singapore-donasi-100-buku-untuk-perpustakaan-kampung-kami_552e3e2d6ea8343f298b4590 

Saat itu anak-anak yang datang di Taman Baca kami sangat bergembira. Terkadang mereka sembari membaca juga mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Baca kisahnya disini http://www.kompasiana.com/acikmdy/geliat-perpustakaan-kampung-di-tengah-keterbatasan_551fbd5d813311bf199df97c  Namun, seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak sudah tidak mau datang kembali, entah karena berbagai macam kegiatan sekolah atau dikarenakan hal lainnya. Tapi, meski begitu saya pribadi masih akan mengusahakan/ membesarkan perpustakaan yang sedang kami rintis ini. Tidak mudah memang, banyak sekali halangan serta rintangannya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Namun yang pasti, niat ini akan tetap kami pupuk untuk mewujudkannya, karena untuk Tunas Bangsa Camp, merintis perpustakaan ini masuk dalam rencana jangka panjang kami.

Meskipun saat itu taman baca/perpustakaan kami di Dayamurni-Lampung sepi, namun kami (saya dan suami) tetap mencari ide maupun gagasan untuk bisa mengumpulkan dana bagi Tunas Bangsa Camp. Ide/ gagasan yang kami sepakati adalah dengan membuat software yang kemudian dijual secara gratis, dengan catatan bagi siapa saja yang menggunakan software itu, maka ia  dengan sukarela memberikan sumbangan/ donasi untuk Tunas Bangsa Camp. Dan software ini telah kami launching tahun lalu. Selain itu, kami juga masih mengirimkan beberapa buku ke Dayamurni-Lampung dikala kami sedang berada di Indonesia dan memiliki waktu luang untuk berbelanja buku. Karena diwaktu itu, untuk berbelanja buku online disalah satu toko buku ternama di Indonesia, belum melayani pembelian dari luar negeri. Dan kami bersyukur, sekarang toko buku itu melayani pembelian dari luar negeri.

Setelah kurang lebih dua tahun perjalanan Tunas Bangsa Camp, bulan November tahun 2015, Tunas Bangsa Camp memulai program baru, yaitu memberikan bantuan biaya sekolah untuk anak-anak kurang mampu/ miskin. Hal ini diawali dari komunikasi saya dengan seorang kawan semasa menempuh pendidikan S1 (Strata 1) dikota Yogyakarta-Indonesia, yaitu Iwan Kurniawan, Baca kisahnya disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2015/11/tunas-tunas-bangsa-dari-ujung-desa.html Saat ini ada 3 orang anak penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp, 2 orang anak dari Cirebon-Jawa Barat, dan 1 orang anak dari Dayamurni-Lampung. Mudah-mudahan dana yang terkumpul ke Tunas Bangsa Camp lancar, sehingga disemester depan kami bisa menambah satu anak lagi untuk dibiayai sekolahnya. Selain itu, kami juga sedang merintis perpustakaan di desa Babakan-Cirebon, yang ditempatkan di rumah rekan kerja kami, Iwan Kurniawan.

Saat ini Tunas Bangsa Camp memiliki program baru. Program ini baru dimulai bulan Januari tahun 2016 lalu. Pertama adalah program spesial, dan kedua adalah program spontan. Program spesial ini adalah sebuah program dari Tunas Bangsa Camp, dimana kami akan memberikan reward/ hadiah kepada anak-anak penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp. Bilamana mereka bisa mendapatka nilai 8, maka reward itu sebesar Rp. 10.000 untuk setiap angka 8 pada buku hasil studi, nilai 9 reward-nya sebesar Rp. 15.000; dan angka 10 (sempurna) reward-nya sebesar Rp. 20.000; untuk tiap angka 10. Dan ini berlaku untuk semua mata pelajaran disekolah mereka masing-masing. Sementara itu,  untuk program spontan ini akan diberikan bagi anak-anak yang mampu menunjukkan prestasinya diluar sekolah, misal memenangkan perlombaan. Untuk program spesial dan program spontan ini bisa dibaca disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2016/02/spesial-program-dari-tunas-bangsa-camp.html

Seperti yang sudah saya katakan diawal paragraf, bahwa ini adalah sebentuk aksi kecil saja untuk bisa memberikan sedikit sumbangsih kami bagi kemajuan anak-anak didesa. Kami mempunyai harapan besar pada anak-anak didesa, kami ingin anak-anak didesa juga memiliki kemauan untuk belajar, membaca dan bersekolah. Meskipun berasal dari desa, namun bukan berarti pupus masa depan dan cita-citanya. Justru berasal dari desa, anak-anak desa harus bersemangat dan bekerja keras untuk mencapai cita-citanya, yang disertai dengan niat dan kesungguhan. Itulah harapan dari kami.

Terimakasih kami ucapkan pada para donatur yang telah memberikan sumbangannya. Bagi kawan-kawan sekalian yang hendak memberikan sumbangan,  Silahkan buka blog kami untuk melihat kriteria donasi http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/

Salam hormat saya Co-Founder Tunas Bangsa Camp

Acik Mardhiyanti

Catatan :

  • Penulis Acik Mdy / Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste artikel ini

Rabu, 02 Maret 2016

Team O2SN Dari Dayamurni Membawa Pulang Banyak Piala

IMG-20160302-WA0001

Apa itu O2SN? O2SN adalah singkatan dari Olimpiade Olahraga Siswa Nasional. Tahun ini anak didik Nyariati Handayani (rekan kerja kami di Dayamurni-Indonesia) mengikuti O2SN tahun 2016, setelah tahun sebelumnya juga telah mengikuti O2SN. Dijadwalkan sebelumnya, O2SN akan dilaksankan pada tanggal 14 Januari 2016, namun ternyata diundur menjadi tanggal 27 Februari 2016. Dan ternyata penyelenggaraan O2SN diundur lagi ke-tanggal 2 Maret 2016. Inilah seputar kisahnya.

Seperti yang telah dikisahkan Nyariati Handayani sebelumnya, ditahun ini, anak-anak O2SN akan mengikuti beberapa cabang pertandingan olahraga, yaitu catur, bola mini, atletik, tenis, dan bulu tangkis. Sebenarnya ada 11 cabang olahraga yang dipertandingkan dalam O2SN, namun untuk renang, voli, karate dan silat, dari SD (sekolah dasar) Negeri 1 Dayamurni tidak memiliki bibitnya, begitu menurut penuturan Nyariati. Jika pada tahun sebelumnya team O2SN Nyariati Handayani ini mampu sampai ketingkat kabupaten, dan belum berhasil mencapai tingkat provinsi. Nah, untuk tahun 2016 ini diharapkan mampu untuk mencapai tingkat provinsi. Kita doakan bersama, semoga anak-anak ini mampu mengukir prestasi dibidang olahraga sampai ketingkat provinsi.

Meskipun untuk pelaksanaan O2SN tahun 2016 ini tidak mengirimkan anak untuk beberapa  cabang olahraga yang dipertandingkan, tetapi team O2SN Nyariati ini dilatik dan disiapkan dengan sebaik-baiknya untuk setiap cabang yang diikuti. Terutama dilatih fisik dan mentalnya. Alasannya, bahwa pada dasarnya anak-anak mampu (bisa menang) hanya mentalnya kurang siap, sehingga down (tingkat kepercayaan diri berkurang) duluan sebelum bertanding, yang pada akhirnya kalah dalam pertandingan. Oleh karenanya, menyiapkan mental itu sangat penting sekali, untuk membangkitkan rasa kepercayaan diri anak-anak sebelum pertandingan.

Nah, ada berapa piala yang berhasil dibawa pulang oleh anak didik Nyariati, semuanya ada 7 piala. Satu juara 3 cabang olahraga Tenis, Juara 3 untuk bola kaki, juara 1 untuk catur, juara 1 untuk cabang bulutangkis putra, dan juara 1 untuk cabang atletik kids putra-putri. Wah, selamat! Dan atas keberhasilannya ini, ada 5 orang anak didik Nyariati yang akan mengikuti pertandingan selanjutan ditingkat kabupaten yang akan dilaksanakan pada bulan April mendatang (bila tidak ada perubahan jadwal). Semoga mereka bisa membawa pulang piala lagi, dan masuk ketingkat provinsi…amiin…!

Untuk menghadapi pertandingan selanjutnya dibulan April mendatang, tentu saja anak-anak team O2SN dari SD N (sekolah dasar negeri) 1 Dayamurni  dibawah asuhan Nyariati Handayani, akan dipersiapkan kembali, dilatih kekuatan fisik, mental, dan terus berlatih sampai hari pertandingan tiba. Bekerja keras, demi membawa nama baik sekolah. Selain itu, untuk menunjukkan bahwa meskipun berasal dari sebuah sekolah didaerah (desa), tetapi tetap memiliki prestasi yang membanggakan. Maju terus, dan berjuanglah!

IMG-20160302-WA0002

Kami dari Tunas Bangsa Camp mengucapkan selamat atas keberhasilannya ini. Dengan perjuangan dan berlatih keras, sungguh sangat membahagiakan dan sangat membanggakan dengan membawa hasilnya berupa piala. Kami sangat bangga atas prestasi kalian semua. Terus bersemangat, dan terus berjuang keras.

Bagi kawan-kawan sekalian yang hendak memberikan sumbangan/ donasi silahkan buka blog kami untuk melihat detail kriteria donasi, http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/

Artikel sebelumnya, http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2016/02/spesial-program-dari-tunas-bangsa-camp.html

Terimakasih, Co-Founder Tunas Bangsa Camp Acik Mardhiyanti

Catatan :

  • Penulis Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Gambar/photo dalam artikel ini adalah dokumetasi Nyariati Handayani
  • Dilarang untuk meng-copy paste artikel/ tulisan ini tanpa ijin
  • Tidak diperkenankan untuk menggunakan photo dalam artikel ini tanpa ijin.

Selasa, 01 Maret 2016

Profit for February 2016

Hi readers we would like to inform you that we have received monthly statement for Donation Box that is for February 2016. The profit for February 2016 is as below.

US$ 73.2821 x 50% = US$ 36.64

image

We have not withdrawn the profit yet. But we will let you know again once withdrawal process is finished. Thank you for your great support!

Senin, 29 Februari 2016

Spesial Program Dari Tunas Bangsa Camp

Kami informasikan, bahwa Tunas Bangsa Camp telah meluncurkan program baru. Program ini adalah sebuah program spesial dari kami demi membangkitkan semangat belajar untuk anak-anak didik kami/ anak-anak penerima beasiswa dari kami. Sebuah program yang kami rancang agar anak-anak bisa merasakan hasil kerja kerasnya dalam mengukir prestasi.

Program spesial apa yang telah kami luncurkan? Program ini kami sepakati dimulai pada semester baru ini (Januari 2016 lalu). Program spesial ini adalah memberikan reward (hadiah) pada setiap nilai-nilai baik yang didapatkan oleh anak-anak penerima bantuan dana sekolah dari Tunas Bangsa Camp. Hadiah ini akan kami berikan disetiap akhir semester, atau tepatnya setelah pembangian rapor (buku hasil study) kelas.

Program ini adalah program yang masih bersifat baru, setelah sebelumnya kami memulai program pemberian dana bantuan sekolah pada anak-anak yang kurang beruntung/ miskin, maupun yatim-piatu. Adapun program lainnya dari Tunas Bangsa Camp, yaitu program spontan. Sekilas hampir sama dengan program spesial yang kami luncurkan ini. Namun kenyataannya berbeda. Program spontan ini diberikan pada anak-anak yang memiliki prestasi/ yang mampu menunjukkan prestasinya diluar kegiatan belajar. Misalnya, ketika kami memberikan reward (hadiah) untuk 15 orang anak yang mengikuti O2SN (Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional) dari anak didik Nyariati Handayani (rekan kerja kami di Dayamurni-Indonesia). Selain itu, perbedaan yang mencolok antara program spesial dengan program spontan ini adalah penerima reward itu sendiri. Pada program spesial, jelas penerima hadiah adalah mereka yang merupakan anak-anak penerima dana bantuan sekolah dari Tunas Bnagsa Camp. Sementara untuk program spontan, anak-anak penerima reward (hadiah), bisa saja anak-anak dari penerima beasiswa dari kami, maupun anak-anak lain yang bukan penerima bantuan sekolah dari Tunas Bangsa Camp.

Seperti yang telah saya katakan diawal paragraf, bahwa program spesial ini adalah untuk membangkitkan semangat belajar anak-anak penerima beasiswa dari kami. Kami berharap dengan adanya program ini, maka anak-anak yang berada dibawah asuhan kami, dapat terpacu dan terpancang semangatnya untuk mengukir prestasi. Memang kami akui, untuk saat ini jumlah reward yang kami berikan tidaklah seberapa. Namun, tujuan utama yang kami harapkan agar mereka pahami adalah nilai moral yang terkandung dalam makna pemberian reward (hadian) tersebut.  Bahwa, untuk mendapatkan sesuatu harus bekerja keras. Bukan hal mudah untuk meraih apa yang kita inginkan, maka diperlukan ketetapan hati, kekuatan mental, dan bersemangat untuk kerja keras dalam meraihnya.

Bagaimana prosesnya untuk bisa mendapatkan program spesial ini? Anak-anak penerima beasiswa (dana bantuan sekolah) dari Tunas Bangsa Camp harus bisa menunjukkan prestasinya, dalam hal ini adalah bidang akademik. Bila mereka mampu menunjukkan angka 8 pada rapor mrek (buku hasil study mereka), maka setiap angka 8 / nilai 8, nilainya adalah Rp. 10.000; bila bisa menunjukkan angka 8 dalam jumlah 2, maka reward yang bisa mereka dapatkan adalah sebesar Rp. 20.000;. Bila di rapor (buku hasil study) ada nilai 9, setiap nilai 9 reward dari kami adalah sebesar Rp. 15.000;. Bagaimana bila mendapatkan nilai sempurna, yaitu 10, kami akan memberikan Rp. 20.000; pada setiap angka 10 pada rapor mereka. Kami tidak membatasi pada mata pelajaran tertentu. Ini berlaku untuk semua mata pelajaran yang ada disekolah mereka.

Program spesial ini telah kami bicarakan dengan rekan kerja kami, dan telah dimulai. Jadi, masing-masing dari rekan kerja kami memberitahukan pada anak-anak penerima beasiswa Tunas Bangsa Camp secara langsung. Semoga mereka makin bergairah untuk belajar. Kita lihat nanti diakhir semester genap ini, bagaimana mereka akan mengukir nilai rapor (buku hasil study), dan memberikan copy-an/ photo dari buku hasil study mereka masing-masing. Yang pasti, reward itu menunggu mereka.

Semoga reward (hadiah) dari program spesial kami ini bisa bermanfaat untuk mereka. Dan agar supaya mereka memahami nilai-nilai moral yang ada didalamnya, bahwa untuk mendapatkan sesuatu butuh kerja keras. Ingin mendapatkan nilai bagus, ya harus belajar yang rajin. Ketika berhasil mendapat nilai bagus, maka akan ada buah manis yang dipetik, yaitu sebuah reward. Tidak seberapa memang besarnya hadiah itu, namun kami berharap uang hadiah yang tidak seberapa itu bisa bermanfaat untuk anak-anak ini dan keluarganya.

Bagi kawan sekalian yang hendak memberikan bantuan/ sumbangan, silahkan buka blog kami untuk mengetahui kriteria donasi, http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/

Terimakasih, Salam Tunas Bangsa Camp

  • Penulis Acik Mdy / Acik Mardhiyanti
  • Dilarang untuk meng-copy paste artikel ini

Sabtu, 27 Februari 2016

Monthly Report – January 2016

Dear readers, we also would like to thank to all participants, either direct or indirect to make all this happen. Below is the report for January 2016. All details, you can click on the image, or take a look at the excel file on the right side of this blog.

image

Monthly Report – December 2015

Dear readers, another monthly report is ready for release. Please find the report on the right side, or you can take a look at screenshot below.

image

Minggu, 21 Februari 2016

Donation Received

Readers, we have received donation for this month. Below is the detail.

Date Description Location Type Amount
15 Feb 2016 亮一 内藤 (Ryoichi Naito)
USD $14.00 (before PayPal fee deduction of US$0.92)
image
Japan Direct US$13.08

We haven’t posting anything much yet, but we’ll keep this blog updated. Thank you.