Sebenarnya saya/ penulis sangat enggan sekali untuk menuliskan tentang apa yang sudah kami lakukan. Karena harap maklum banyak orang akan berkata miring dan menganggap apa yang kami lakukan ini hanyalah "show off" alias hanya ingin menunjukkan diri "mampu" dan pamer begitu ya. Salah satu hal yang sudah kami lakukan adalah kami membantu memberikan sebuah mesin cuci untuk salah satu sekolah tunagrahita di Indonesia.
Sebenarnya bantuan mesin cuci ini sudah kami berikan tahun lalu, sekitar bulan November 2018 tepatnya 23 November 2018 mesin cuci ini sudah datang dan diterima oleh pengurus asrama salah satu sekolah tunagrahita di Indonesia. Tapi kenapa baru sekarang saya menuliskan artikel ini? Seperti apa yang sudah saya katakan diatas bahwa tidak semua niat baik yang kita lakukan akan ditanggapi baik oleh orang lain. Ambil contoh, 4 atau 5 tahun lalu saya mengajak orang (yang katanya dulu teman) untuk membantu anak-anak tunagrahita. Apa jawab "mereka"? Ini jawab "mereka", "oh bergaya tinggal di Singapura sekarang mau membantu anak grahita, itu namanya merendahkan Indonesia!". Sekitar tahun 2010-an juga ada seseorang yang saya ajak memulai kegiatan sosial dengan mengumpulkan sumbangan untuk kemudian diberikan pada yang membutuhkan. Dan ini jawaban orang tersebut, "membantu orang lain? harusnya saya yang butuh dibantu!". Tetapi setelah saya/ penulis datang di kost-nya yang berada di Jakarta Barat ternyata dikamar kost punya peralatan elektronik lengkap. Setelah itu dia malu sendiri dan ujung-ujungnya memfitnah saya. Wow, kan? Ya, itu jawab "mereka". Diajak melakukan kegiatan baik bukannya senang tapi malah mencerca kita.
Saya dan suami mulai melakukan kegiatan memberikan bantuan sejak Juli 2013, dan sebagian besar bantuan yang kami berikan adalah dari "kantong" kami sendiri alias uang kami sendiri. Dulu diawal-awal ada yang menyumbang, sekarang "full" uangnya dari uang kami sendiri. Fokus saya, saya/ penulis ingin membantu anak-anak didesa supaya terus bersekolah, yang ke-dua adalah membantu anak-anak tunagrahita. Tapi bukan tidak mungkin ada kegiatan sosial lain yang kami lakukan. Diluar itu ada kegiatan sosial lain yang sudah kami lakukan, seperti misalnya memberikan bantuan sembako pada Bapak/ Ibu guru di salah satu sekolah tunagrahita di Indonesia.
Mesin cuci ini kami berikan dengan memberikan bantuan uang sebesar Rp. 2.000.000; (dua juta rupiah), untuk kemudian pihak sekolah yang menentukan ingin membeli mesin cuci jenis apa/ merk apa, dan kami tidak ikut campur. Sebenarnya yang memberikan sumbangan di sekolah tersebut tidak hanya kami, namun ada banyak pihak dan orang-orang lain yang juga memberikan bantuannya. Ya, bantuan sebuah mesin cuci ini kami berikan karena anak-anak diasrama membutuhkannya. Bisa dibilang dengan adanya mesin cuci ini bisa meringankan aktifitas mencuci anak-anak yang berada diasrama, juga meringankan pekerjaan penjaga asrama.
Untuk sekolahnya sendiri mohon maaf saya tidak bisa menuliskan sekolah tunagrahita mana. Juga saya/ penulis tidak akan memberikan photo diartikel ini. Karena saya/ penulis benar-benar menjaga privasi. Tetapi mengapa saya membuat artikelnya? Karena kegiatan kami ini masuk dalam kegiatan Ichikraft SG Care. Apa ya itu Ichikraft SG Care? Ichikraft SG Care ini adalah kegiatan sosial dari Ichikraft. Ichikraft adalah brand dari usaha penulis. Ya, penulis memiliki bisnis yaitu bisnis rumahan dengan membuat handicraft. Saya ingin berbisnis dan sekaligus bisa membantu orang lain. Makanya beberapa disain yang saya hasilkan ada yang khusus untuk membantu anak-anak grahita. Dimana disain-nya mudah supaya anak-anak grahita bisa melakukanya, juga bila produk desain terjual maka uangnya kami sumbangkan untuk anak-anak grahita. Kalau begitu apakah uang sumbangan mesin cuci ini berasal dari penjualan produk khusus tersebut? Jawabnya adalah bukan. Uang sumbangan mesin cuci ini murni berasal dari "kantong" kami sendiri. Tetapi saya berharap produk-produk khusus yang saya desain bisa terjual sehingga bisa membantu anak-anak grahita lebih banyak lagi dikemudian hari, juga bisa memberikan bantuan biaya sekolah pada anak-anak didesa lebih banyak lagi. Itu harapan saya/ penulis.
Pernah ada seseorang akan memberikan sumbangan untuk kegiatan kami ini tetapi katanya ia akan melihat-lihat dulu "bagaimananya". Intinya ia ragu akan memberikan sumbangan untuk kegiatan kami ini dan batal memberikan bantuan/ sumbangan. Harap maklum karena jaman sekarang banyak aktifitas/ kegiatan berkedok sosial tetapi ternyata penipuan. Dari sinilah saya/ penulis berpikir untuk menuliskan artikel untuk setiap kegiatan kami dalam memberi sumbangan/ bantuan. Tetapi terkadang saya/ penulis masih ragu untuk menuliskan artikelnya karena ya itu tadi, kalau saya tuliskan nanti dipikir kami "show off" tetapi kalau tidak kami tuliskan maka kegiatan saya dan suami ini dipikir "tipu-tipu".
Mungkin ada yang bilang, "memberikan bantuan sekolah untuk anak-anak didesa kok cuma 3 orang?" Ini jawaban penulis, karena saat ini kemampuan kami baru bisa membantu 3 orang anak. Mungkin ada orang lain berkata, "lah kasih bantuan kok cuma segitu, cuma mesin cuci doank ya?!" Jawaban saya/ penulis, memang baru sebesar ini yang bisa kami sumbangkan. Tidak harus menjadi kaya raya dulu untuk bisa membantu orang lain, apa yang bisa kita bantu ya kita berikan/ bantu. Saya sudah pernah menuliskan diartikel saya yang lain tentang bagaimana seorang nenek Singapura (Singaporean) memberikan telur rebus pada pekerja imigran. Pekerja imigran ini adalah orang-orang dari Banglades dan bekerja sebagai tukang sampah diblok tempat tinggal nenek tersebut. Ada juga seorang nenek Singapura (Singaporean) yang rajin merawat dan menanam bunga, ia berkata saat tanaman berbunganya berbunga kemudian orang-orang lewat dan tersenyum melihatnya, itulah momen dimana kita bisa memberikan kebahagian pada orang melalui bunga. Jadi, bukan seberapa besar sumbangan/ bantuan yang kita berikan pada orang lain, namun kebesaran hati yang kita miliki.
Semoga mesin cuci ini bisa membantu atau meringankan anak-anak grahita disekolah tersebut. Mudah-mudahan mereka selalu semangat untuk terus sekolah dan rajin serta bisa terampil. Saya yakin mereka pasti bisa! Salam penulis, Founder and Co-Founder Ichikraft SG Care - Acik Mardhiyanti
Note:
- Written by Acik Mardhiyanti
- Do not copy this article without permissions
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan komentar. Tolong jaga sopan santun, berpikiran positif, semangat belajar, dan tepikan pikiran negatif.