Desa Babakan Gebang, dimana kah desa itu terletak?? Desa Babakan Gebang adalah salah satu desa di kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia. Ya, dari sanalah sebuah pelangi indah muncul. Sebuah pelangi harapan untuk masa depan bangsa. Masa depan bangsa yang dimulai dari tunas-tunas bangsa. Mereka anak-anak desa Babakan Gebang!
Keterbatasan ekonomi selalu menjadi penghambat anak-anak negeri dalam meraih cita-cita. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk biaya makan saja orangtua mereka kesulitan. Tetapi, hidup adalah sebuah pilihan, apakah harus termenung meratapi nasib, atau berjuang untuk meraih cita-cita??.. Bukan hal gampang untuk meraih cita-cita. Hambatan besar serta rintangan berat akan selalu didepan mata. Dan cobalah lihat itu, kawan, mereka sangat bersemangat sekali dalam belajar.
Ya, baru-baru ini, saya terkoneksi kembali dengan salah seorang teman semasa dibangku universitas. Teman saya ini adalah seorang guru disebuah Mts, tepatnya MTs Global Al-Rahmah Gebangkulon sejak tahun 2009. Setelah sebelumnya bekerja disebuah asuransi di Ponorogo pada tahun 2007. Wah, saya sangat senang sekali karena bisa terkoneksi kembali dengan teman lama. Dan siapa yang menyangka, teman saya ini memliki sebuah cerita yang luar biasa.
Ini dia guru teladan dari Desa Babakan Gebang, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, Iwan Kurniawan
Iwan Kurniawan bersama Istri
Nama teman saya ini adalah Iwan Kurniawan. Disela-sela kesibukannya mengajar dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.30 WIB, ia masih berjualan makanan khas Jawa Barat, yaitu Seblak, dari pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 00.00 WIB. Eh, apa itu seblak?? Hmm…saya juga belum pernah tau, apa lagi memakannya. Tapi dari penuturan teman saya ini, Seblak terbuat dari cakar ayam, dicampur dengan mie, atau sosis untuk memakannya. Rasanya?? Katanya..rasanya sangat pedas sekali! Ayo-ayo..tunjuk jari siapa diantara kawan sekalian yang pecinta kuliner pedas, mungkin bisa mencoba menikmati sepiring Seblak di warung Mas Iwan
Ini namanya Seblak, makanan khas Jawa Barat, yang dijual Iwan Kurniawan tiap harinya
Ngomong-ngomong, ini membicarakan masalah generasi penerus bangsa atau ngomongin makanan, sih??.. Maaf bila menyeleweng dari konteks judul artikel diatas. Kembali kepokok pembicaraan… Nah, selain memilki rutinitas diatas, mengajar dan berjualan, Mas Iwan (begitu saya memanggilnya), ternyata memberikan les gratis kepada anak-anak sekitar. Benar-benar gratis tanpa dipungut biaya. Jaman sekarang apa ada yang gratis untuk les anak-anak?? Coba tengok yuk les gratis Mas Iwan ini…
Apa yang ada dalam pikiran kawan sekalian begitu melihat gambar/ poto-poto yang Mas Iwan berikan pada saya itu?? Les yang diberikan Mas Iwan ini dipusatkan dirumahnya sendiri lhoo.. Terlihat anak-anak sedang serius belajar, bukan?? Meski tanpa sebuah meja-kursi, namun terlihat mereka begitu bersemangat untuk menuntut ilmu, biar pintar. Saya, saya sangat senang sekaligus haru melihat anak-anak itu. Dan sayapun merasa bangga melihat anak-anak itu.
Menurut penuturan Mas Iwan, les gratis yang diberikan dimulai dari tingkat Pra-TK (Pra-Taman Kanak-Kanak), sampai dengan tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas). Kapan waktunya memberikan les, sementara sudah memiliki kesibukan mengajar, juga berjualan?? Masih menurut Mas Iwan, anak-anak mulai les dari pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, dari setiap hari senin sampai dengan hari kamis. Sementara dihari minggu, Mas Iwan masih memberikan les untuk anak-anak di SD (Sekolah Dasar) Negeri 1 Babakan, dari kelas satu sampai dengan kelas enam SD. Wow! seorang guru yang benar-benar memiliki dedikasi tinggi. Ada berapa guru seperti Iwan Kurniawan dinegeri Indonesia??… Saya berharap ada banyak guru seperti Mas Iwan di Indonesia.
Sejak kapan aktivitas les ini dimulai?? Les gratis yang diberikan ini telah dimulai sejak tahun 2013-an. Wah, sudah lama ya ternyata. Kenapa mau memberikan les gratis?? Padahal kan lumayan bila dipungut biaya, apalagi yang datang les banyak?? Tidak demikian dalam pandangan seorang Iwan Kurniawan. Ia memiliki keprihatinan terhadap generasi penerus bangsa (Bangsa Indonesia). Karena menurut penelitiannya, masih ada banyak anak-anak SD (Sekolah Dasar) sampai dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang masih belum bisa membaca. Oh, mendengarnya saya sangat prihatin sekali.
Masih ada cita-cita Mas Iwan yang lain, keinginannya untuk memiliki sebuah taman baca. Menurutnya, sejak dibangku Universitas, ia sudah memiliki keinginan untuk mempunyai sebuah taman baca sendiri. Menurut saya, itu adalah sebuah ide yang sangat bagus. Jadi, anak-anak datang untuk les setiap harinya, bisa sambil membaca buku-buku yang ada, untuk mengasah keterampilannya dalam membaca serta menambah wawasan. Dan untuk taman baca ini masih dalam proses, mudah-mudahan cepat terwujud diakhir tahun ini, Amiin... Sehingga anak-anak bisa tersenyum memegang buku dan membacanya Buku adalah jendela dunia, melalui sebuah buku tunjukkanlah betapa luasnya dunia ini…
Melihat gambar-gambar (poto) yang dikirimkan teman saya itu, saya merasa terharu. Terharu bahagia, karena ditengah kesulitan hidup yang membelenggu anak-anak di desa Babakan Gebang, ternyata masih menyimpan mimpi yang meyang-melayang diudara untuk mencari jalan keluarnya. Merekalah tunas-tunas bangsa dari Desa Babakan Gebang, Cirebon. Saya sangat bangga akan niat dan tekad mereka untuk belajar. Seperti yang dikatakan oleh Mas Iwan, dengan buku-buku pelajaran yang didapat dari sekolah saja mereka sudah terbuka wawasannya, apalagi bila tersedia buku-buku pengetahuan, seperti ensiklopedia dan novel-novel inspiratif, saya yakin, pasti mereka akan bisa meraih asa mimpinya dihari esok, menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Bagi kawan-kawan sekalian yang hendak membantu/ memberikan sumbangan, memberikan secerca harapan untuk masa depan para tunas bangsa dari Desa Babakan Gebang, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, silahkan buka blog kami dibawah ini untuk melihat kriteria donasi.
http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/
Terimakasih kepada Iwan Kurniawan atas kerjasamanya, salam Tunas Bangsa Camp
Catatan :
-
Written (Penulis) by Acik Mdy / Acik Mardhiyanti
-
Photographed by Iwan Kurniawan
-
Do not copy this article without permissions – Dilarang untuk men-copy paste artikel/ tulisan ini, apalagi sampai mengakui bahwa tulisan/ artikel ini adalah tulisan/ artikel-nya sendiri
-
Do not reuse these photographs anywhere else without permissions – Dilarang untuk menggunakan/ mengambil poto/ gambar yang ada dalam artikel/ tulisan ini