Pages

Rabu, 20 Desember 2017

Penyerahan Bantuan Biaya Sekolah Untuk Dwi Novita Sari (Oktober-Desember)

Beberapa bulan tidak menulis, kali ini penulis ingin menulis sedikit tentang penyerahan dana bantuan biaya sekolah untuk Dwi Novita Sari. Siapakah Di Novita Sari bisa dibaca disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/07/bersemangatlah-untuk-terus-bersekolah.html Ya, seorang anak dari desa, dari keluarga tidak mampu, namun memiliki semangat sekolah, itulah Novi (panggilannya).

IMG_5293[1]

Riche Mai Andriani dan Dwi Novita Sari. Penyerahan bantuan biaya sekolah untuk Dwi Novita Sari bulan Oktober 2017, Poto dokumentasi pribadi milik Riche Mai Andriani

Setelah sebelumnya, rekan kerja kami yang berada di Lampung Timur, Riche Mai Andriani, siapakah Riche Mai Andriani baca disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/06/semangat-tiada-henti-untuk-terus.html sudah menyalurkan bantuan biaya sekolah pada Novi di bulan Juli, Agustus, dan September. Baca artikel sebelumnya tentang penyerahan dana bantuan tersebut disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/09/penyerahan-bantuan-biaya-sekolah-untuk.html Dibulan selanjutnya, yaitu Oktober, November, dan Desember, rekan kerja kami Riche telah menyerahkan bantuan biaya sekolah untuk Novi.

Ya, kami dari Tunas Bangsa Camp berkomitmen untuk terus membantu anak-anak didesa yang kurang mampu, namun memiliki semangat belajar tinggi demi menggapai masa depan yang lebih baik dan cerah gemilang. Meskipun hanya satu-dua anak saja, namun kami merasa sangat bersyukur, karena saya dan suami bisa membantu mereka. Dan kami bangga pada anak-anak desa ini, dimana mereka selalu semangat kesekolah menuntut ilmu, meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Salah satunya adalah Dwi  Novi Sari.

IMG_6218[1]

Dwi Novita Sari beserta ibu dan adik bayinya. Penyerahan bantuan biaya sekolah untuk Dwi Novita Sari bulan November 2017, Photographed by Riche Mai Andriani

Dwi Novita Sari, Novi panggilannya, meskipun masih harus membantu orangtua diladang (bekerja diladang), bahkan pulang sampai petang, Novi selalu semangat untuk belajar, rajin, dan tekun. Walaupun diusianya yang terbilang dini untuk bekerja, namun Novi masih bisa belajar. Buktinya, disemester ini dia mendapatkan peringkat 2 di kelas. Luar biasa, bukan? Kami sangat bangga padanya.

IMG_6778[1]

Dwi Novita Sari, Penyerahan bantuan biaya sekolah bulan Desember 2017, Photographed by Riche Mai Andriani

Terimakasih selalu kami ucapkan pada rekan kerja kami Riche Mai Andriani yang telah membantu kami untuk menyalurkan bantuan biaya sekolah ini. Karena mustahil tanpa bantuannya, kami bisa menjangkau Novi yang ada didesa di Lampung Timur – Indonesia sana. Untuk Novi, Selamat atas prestasinya! Terus semangat untuk belajar dan bersekolah!

Co-Founder Tunas Bangsa Camp Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Riche Mai Andriani – Semua poto adalah koleksi pribadi milik Riche Mai Andriani
  • Do not copy this article without permissions – Dilarang untuk men-copy paste tulisan ini tanpa seijin penulis
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions – Dilarang untuk mengambil serta mempergunakan poto-poto yang ada dalam artikel ini tanpa seijin penulis dan pemilik poto

Jumat, 22 September 2017

Penyerahan Bantuan Biaya Sekolah Untuk Dwi Novita Sari

IMG_4506[1]

Photographed by Riche Mai Andriani. Penyerahan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi Novita Sari 15 September 2017

Mungkin beberapa kawan sekalian masih belum tahu, siapakah Dwi Novita Sari. Tentang siapakah Dwi Novita Sari, bisa dibaca disini  http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/07/bersemangatlah-untuk-terus-bersekolah.html  Sejak tahun ajaran baru ini, Dwi adalah anak penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp.

Setiap bulannya, yaitu setiap tanggal 14, rekan kerja kami yang berada di Lampung Timur - Indonesia, yaitu Riche Mai Andriani, baca kisah Riche disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/06/semangat-tiada-henti-untuk-terus.html akan menyalurkan bantuan biaya sekolah untuk Dwi secara langsung. Yaitu mendatangi rumah orangtua Dwi. Penyerahannya disaksikan langsung oleh orangtua Dwi.

IMG_3658[1]

Dwi dan Ibunya, Chasri, Photographed by Riche Mai Andriani. Penyerahan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi Novita Sari tanggal 14 Agustus 2017

Tiap bulannya Dwi Novita Sari menerima bantuan biaya sekolah sebesar Rp. 125.000; dari Tunas Bangsa Camp. Ya, untuk anak-anak yang duduk dibangku sekolah dasar (SD), kami dari Tunas Bangsa Camp menetapkan sebesar  Rp. 125000; tiap bulannya. Dana bantuan ini langsung semuanya diberikan, karena Riche, rekan kerja kami percaya bahwa orangtua Dwi akan menggunakan dengan baik uang bantuan  biaya sekolah ini untuk keperluan Dwi sekolah, mungkin membeli peralatan tulis, sepatu, tas, atau yang lainnya.

Mudah-mudahan, bantuan biaya sekolah ini bisa meringankan sedikit beban orangtua Dwi dalam memenuhi kebutuhan sekolah Dwi, karena biaya sekolah amatlah mahal/ besar. Harapan kami dari Tunas Bangsa Camp, kami ingin anak-anak didesa seperti Dwi terus bersekolah, jangan sampai putus sekolah karena tidak mampu membiayai kebutuhan sekolah.  Kami ingin Dwi terus belajar menimba ilmu dibangku sekolah. Meskipun berasal dari desa tapi harus bersemangat sekolah dan menggapai impian dimasa depan.

IMG_2672[1]

Dwi Novita Sari menerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp pada tanggal 17 Juli 2017. Photographed by Riche Mai Andriani

Terimakasih kami ucapkan pada rekan kerja kami yang berada di Lampung Timur – Indonesia,  Riche Mai Andriani, yang telah membantu untuk menyalurkan bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp untuk Dwi. Semoga limpahan berkah akan selalu menyertai Riche dan keluarga.

Salam hormat saya Co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Riche Mai Andriani
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions

Selasa, 04 Juli 2017

Terus Bersekolahlah, Gapai Impianmu!

Meskipun kita bersal dari keluarga kurang mampu (miskin), berasal dari desa, namun janganlah patah semangat untuk terus bersekolah. Apapun yang terjadi, sekolahlah! Karena sekolah adalah pintu gerbang menuju masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Penulis percaya, bahwa impian itu bisa dicapai, asal kita mau terus belajar, berusaha keras, dan jangan pernah berhenti/ menyerah.

Ditahun ajaran baru 2017 ini, kami dari Tunas Bangsa Camp sangat bersyukur, karena kami mulai bisa membantu satu anak dari Lampung-Indonesia untuk dibantu biaya sekolahnya. Anak ini adalah salah satu anak yang pintar disekolah, menurut rekan kerja kami, Riche Mai Andriani. Baca kisah guru teladan Riche Mai Andriani dari Lampung Timur-Lampung, Indonesia disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2017/06/semangat-tiada-henti-untuk-terus.html Dimana dulunya, anak ini adalah salah satu murid di TK (Taman Kanak-kanak) rintisan Riche, kawan penulis.

 

Dwi Novita Sari, Photographed by Riche Mai Andriani

IMG_2407[1]

Dwi Novita Sari bersama keluarga, Photographed by Riche Mai Andriani

Anak desa yang pintar ini bernama : Dwi Novita Sari. Kelahiran Ngestikarya, 27 November 2006. Saat ini ia bersekolah di SD Negeri 1 Ngestikarya, Lampung Timur, Provinsi Lampung-Indonesia. Dan sudah duduk dikelas 5 SD (Sekolah Dasar). Ayahnya bernama Mujiono, sedangkan ibunya bernama Chasri. Pekerjaan Orangtuanya adalah bertani. Dengan penghasilan orangtua perbulan Rp. 200.000;. Penulis tahu, sekolah negeri di Indonesia sekarang sudah gratis, bukan? Tapi sekolah membutuhkan kebutuhan lainnya, seperti buku tulis, tas, sepatu, uang saku sekolah, dan lain-lainnya, yang sudah barang tentu membutuhkan biaya (uang). Dengan penghasilan perbulan Rp. 200.000; untuk makan sehari-hari sudah kurang, tentu untuk biaya kebutuhan sekolah menjadi sangat berat.

Mudah-mudahan dengan adanya bantuan biaya sekolah untuk Dwi,  Dwi bisa lebih rajin lagi sekolahnya, dan terus semangat mengejar cita-cita dan impiannya. Jangan pernah patah semangat, apapun yang terjadi, bersekolahlah!

Sedikit catatan tambahan:

1. Ditahun 2017 ini, penerima bantuan biaya sekolah dari Tunas Bangsa Camp bernama Carolin Putri Anggun Pratiwi, Baca kisah Caroline disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2016/01/satu-langkah-kecil-untuk-masa-depan.html telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya. Ya, tahun 2017 ini Carolin sudah memasuki bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Untuk kelanjutan bantuan biaya sekolahnya kami belum memutuskan, apakah dilanjutkan, atau ditransfer ke adik Carolin yang saat ini duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Bukan karena kami tidak mau melanjutkan bantuan biaya sekolah, namun karena Carolin berpindah tempat tinggal.

2. Informasi yang kedua, adalah penerima bantuan biaya sekolah dari kami, yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat-Indonesia, Ayuni dan Rizky, baca tentang Ayuni dan Rizky disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2015/11/mari-bergandengan-tangan-selamatkan.html telah terputus bantuan biaya sekolahnya dari kami sejak April 2016. Hal ini dikarenakan  beberapa hal yang tidak bisa kami sebutkan diranah publik.

3. Informasi yang ke-3, Bahwa Iwan Kurniawan salah satu rekan kerja kami di Cirebon-Jawa Barat, Indonesia, sudah meninggal dunia. Baca kisah tentang Iwan Kurniawan salah satu guru teladan dari Cirebon-Jawa Barat, Indonesia, disini http://tunas-bangsa-camp.blogspot.sg/2015/11/tunas-tunas-bangsa-dari-ujung-desa.html 

Demikian informasi tambahan dari kami. Kami tahu, bahwa apa yang kami lakukan hanyalah hal kecil semata, yang mungkin dipandang orang sebelah mata. Tapi kami Tunas Bangsa Camp berprinsip, walaupun hanya sebuah langkah kecil, namun mudah-mudahan bisa memberikan setitik harapan untuk mereka (anak-anak penerima bantuan dari kami) agar mereka bersemangat untuk melangkahkan kaki kesekolah, rajin, dan giat belajar.

Mari bergandengan tangan untuk menyelamatkan pendidikan mereka, mereka anak-anak yang kurang beruntung diluar sana. Salam hormat saya co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti.

Note :

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy – Penulis Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions – Dilarang meng-copy paste artikel ini tanpa seijin penulis
  • Photographed by Riche Mai Andriani - Gambar, poto dalam article ini adalah dokumentasi sendiri milik Riche Mai Andriani
  • Do not reuse these photographs without permissions – Dilarang untuk menggunakan gambar/ poto dalam artikel ini tanpa ijin

Rabu, 28 Juni 2017

Semangat Tiada Henti Untuk Terus Berkarya

IMG_2294[1]

Riche Mai Andriani, Perintis Sekolah Pra-sekolah, Taman Kanak-kanak didaerah tempat tinggalnya, poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

“Talkless do more”, saya sangat suka dengan kata kata ini. Yang punya maksud kurang lebih, “jangan banyak omong tapi beraksilah secara nyata”. Dalam kehidupan ini banyak orang yang pandai berbicara,  tapi ada berapa orang kah yang mampu beraksi secara nyata untuk lingkungan sekitarnya? Ada berapa banyak orang kah yang peduli dan sensitif tentang perkara-perkara/ masalah yang ada dilingkungan sekitar? Jawabnya adalah hanya segelintir orang saja.

Bernama Riche Mai Andriani, ia adalah salah satu kawan penulis sewaktu di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas). Kawan ini termasuk salah satu anak yang rajin, dan selalu datang kesekolah lebih awal. Dalam perjalanan waktu, ada banyak cerita yang dimiliki kawan saya ini. Cerita-cerita perjalanan hidupnya sungguh inspiratif. Semangatnya yang terus hidup untuk terus berkarya, bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar dan tentu saja bisa menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya.

IMG_2296[1]

Riche bersama sang suami, Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Setelah lulus dari bangku SMA (Sekolah Menengah Atas), Riche, kawan saya ini tidak bisa melanjutkan kebangku universitas karena ketiadaan biaya. Sedih, sakit, tentu saja itu dirasakannya. Namun ia tak patah semangat, karena tidak mampu melanjutkan kebangku universitas, maka diambilnya kursus guru TK (Taman Kanak-kanak) disalah satu kota di Provinsi Lampung-Indonesia. Dengan skill (kemampuan) yang ia dapat, setelah lulus kursus, Riche bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu Taman Kanak-Kanak  didaerahnya. sampai disini saja kah kisahnya, lulus SMA, ambil kursus, lulus kursus kemudian bekerja, dan terus berkeluarga (menikah)? Tentu saja tidak kawan!

Riche, kawan saya ini bercerita pada penulis, ia sudah 11 tahun merintis sekolah TK (Taman Kanak-Kanak). Wow, luar biasa, speechless (tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata/ kehabisan kata-kata). Bukan waktu yang singkat dan mudah untuk merintis sesuatu, bukan? Merintis sebuah sekolah, tentu bukan perkara mudah. Tentu ada banyak perjuangan dilakukan, dan butuh ketetapan hati serta kekuatan hati untuk melakukannya. Semua itu ia jalani, dan sekarang sudah 11 tahun berjalan. Luar biasa, bukan? Lantas apa yang mendasarinya untuk melakukan semua itu?

IMG_2297[1]

Riche bersama putri tercinta, Regina. Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Hal pertama yang diungkapkan Riche, ketika penulis tanya apa yang motivasi dan mendorongnya, dan kenapa merintis sekolah TK (Taman Kanak-kanak) adalah, karena dilingkungan tempat tinggalnya belum ada sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Menarik, bukan? Sebegitu sensitifnya/ peduli dengan lingkungan sekitar, dan mengerti tentang permasalahan dilingkungan tempat tinggalnya. Penulis yakin, tidak banyak orang yang seperti ini, mengerti tentang keadaan sekitar dan tahu apa yang harus dilakukan untuk membangun lingkungannya agar masyarakatnya menjadi maju.

Alasan kedua yang ia ungkapkan ialah, karena merasa memiliki ilmu dalam dunia pendidikan sekolah Taman Kanak-kanak, makanya Riche ingin merintis sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Alasan ini juga menarik untuk penulis. Kenapa? Banyak sekali orang-orang diluar sana menempuh pendidikan, sekolah, dapat ijazah, dan bekerja. Benar memang, sekolah tinggi, lulus kemudian bekerja. Tapi tujuannya titik hanya sampai disitu? Sekolah untuk dapat ijazah agar bisa mendapat pekerjaan layak dan hidup layak? Dalam segi kacamata penulis, kita bersekolah bukan hanya untuk mendapat gelar semata, tapi ada peran yang harus kita jalankan untuk melakukan sesuatu hal bermanfaat, minimal untuk lingkungan sekitar. Peran apakah itu? Apa sih yang bisa kita berikan, atau apa sih sumbangsih kita, apa yang bisa kita lakukan untuk sedikit meringkankan permasalahan yang ada dalam masyarakat dan untuk lingkungan sekitar kita. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, contohnya, merintis perpustakaan, bisa, merintis sekolah, bisa, memberikan les gratis untuk anak-anak, juga bisa, merintis komunitas berkebun dengan mengajak keluarga dan orang sekitar bercocok tanam dirumah, bisa juga. Pada intinya ada banyak sekali hal positif dan bermanfaat, yang bisa kita tularkan untuk lingkungan sekitar, atau lingkungan dimana kita berada.

IMG_2300[1]

Riche bersama putra tercinta, M. Raga Lanika. Poto koleksi pribadi Riche Mai Andriani

Yang ketiga, Riche berkata dalam tanya-jawab singkat, bahwa ia ingin anak-anak pra-sekolah mendapatkan pendidikan selayaknya sebelum mereka memasuki bangku sekolah dasar. Tujuan yang sangat mulia, bukan? Disaat banyak orang hanya memikirkan diri sendiri, seorang Riche Mai Andriani memikirkan nasib anak-anak dilingkungan sekitarnya yang belum mendapatkan pendidikan pra-sekolah,karena belum adanya sekolah Taman Kanak-kanak. Dimana anak-anak ini nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Dan saat itu murid tahun pertama Riche berjumlah 17 orang, dengan tarif SPP (biaya sekolah) hanya Rp. 7000;.

Gerak langkah kawan saya ini tidak sampai disitu saja, dalam usahanya merintis sekolah Taman Kanak-kanak, Riche berusaha mengejar pendidikannya. Ditahun 2006, ia mengambil sekolah D2 (Diploma). Setelah lulus, selang beberapa tahun kemudian, Riche melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi. Dan ditahun 2013 ia telah menyelesaikan pendidikan S1 (strata 1). Luar biasa, sangat inspiratif dan bisa menginspirasi siapa saja yang mendengar maupun membaca kisah ini.

Kemudian, penulis-pun bertanya-tanya, apa sih yang mendorong atau memotivasi seorang Riche untuk terus melanjutkan pendidikannya, meskipun ia telah berkeluarga? Ia memeliki beberapa alasan kuat untuk hal ini. Hal utama yang ingin ia raih adalah agar mendapatkan ilmu, tentu saja dengan bersekolah dan bersekolah lagi, ilmu yang kita miliki akan semakin bertambah, dan bertambah, bukan?! Kedua ialah, bahwa saat ini untuk menjadi guru sekolah Taman Kanak-kanak, harus seorang sarjana (Strata 1). Saya pikir hal ini wajar, karena jaman semakin berkembang dan semakin maju, maka seorang guru haruslah seorang yang memiliki tingkat pendidikan minimal Strata 1. Alasan terakhir, Riche mengungkapkan, ia berharap agar kedepan bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah. Mudah-mudahan, penulis doakan semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan guru-guru teladan seperti Riche ini.

Dari semua hal yang telah dilakukan Riche, ternyata ia masih menyimpan satu keinginan lainnya. Dan hal itu membuat penulis kagum, sekaligus bangga padanya. Hal lain yang ingin ia lakukan adalah ia ingin memiliki toko, ingin membuka toko untuk menambah pemasukan keluarga. Yang intinya ia ingin mempersiapkan anak-anaknya sebaik mungkin dibidang pendidikan dengan menyekolahkannya disekolah yang bagus, serta menabung untuk masa tua. Sebuah rencana masa depan yang cemerlang, dan patut dicontoh bagi para orangtua-orangtua muda/ baru, agar sudah mempersiapkan tabungan pendidikan untuk anak-anak kelak agar  mereka bisa sekolah disekolah yang bagus. Karena memang semakin tinggi tingkat pendidikan maka biaya akan semakin tinggi pula, apalagi bila ingin memasukkan kesekolah terbaik, tentu biayanya tidaklah murah. Tabungan hari tua yang disinggung Riche juga tidaklah kalah penting. Yang tentu saja tujuan menabung untuk hari tua adalah agar tidak membebani anak-cucu dikemudian hari. Tabungan hari tua bisa dibidang apa saja, sesuai dengan apa yang kita minati dan kita kuasai/ mengerti. Ayoo, bagi kawan sekalian yang belum mikirkan tabungan untuk hari tua, mulai sekaranglah menabung untuk hari tua. Jadi selain mempersiapkan biaya pendidikan anak, kita juga harus mempersiapkan tabungan kita sendiri untuk hari tua. Orang Jepang bilang, “Ganbatte!”.

Itulah cerita dari salah satu kawan penulis yang sangat inspiratif dan patut diteladani. Kita bisa mencontoh semangatnya untuk terus berkarya dalam hidup ini. Ada pribahasa berkata, “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Mari terus belajar, dan belajar, jangan pernah berhenti berkarya dalam hidup, dan memberikan manfaat baik/ positif untuk lingkungan sekitar (minimal), agar kelak kita dikenang karena sebuah hasil karya. Indah bukan..?

Terakhir, penulis ucapkan selamat bergabung dengan Tunas Bngsa Camp untuk Riche Mai Andriani. Mari bersama-sama bergandengan tangan menyelamatkan pendidikan mereka, anak-anak yang kurang beruntung diluar sana. Terima kasih, Co-founder Tunas Bangsa Camp, Acik Mardhiyanti

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy – Penulis Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions – Tidak diperkenankan/ tidak diijinkan untuk meng-copy paste tulisan ini tanpa seijin penulis
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions – Poto-poto dalam artikel ini adalah koleksi pribadi Riche Mai Andriani, dilarang menggunakan poto-poto dalam artikel ini tanpa ijin penulis dan pemilik poto/ gambar